“Didukung Kenaikan
Harga Beras, Maret Catat Inflasi 0,17 Persen”
Statistik
(BPS) pada rabu (1/4) ini melaporkan bahwa selama bulan maret 2015
terjadi inflasi sebesar 0.17 persen , atau secara year on year mencapai 6.38
persen . dengan demikian tingkat inflasi tahun kalender masih minus sebesar
-0.44 persen
Dalam laporan yang disamapaikan langsung oleh
kepala BPS suryamin dikatakan bahwa dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK)
yang diamati, 54 kota mengalami infnlasi. sisanya mengalami deflasi, dengan
inflasi tertinggi dialami oleh kota Manokwari sebesar 0.84 persen, dan terendah
terjadni di padang dan cilacap masing-masing sebesar 0.01 persen. Sementara
deflasi tertinggi terjadi di tanjung padang sebesar -1.97 persen.
Menurut
kelompok pengeluaran , tingakat inflasi maret 2015 disumbang paling tinggi oleh
kelompok transportasi, komunikasi danjasa keuangan dengan andil sebesar
0.14 persen. Sementara kelompok yang paling rendah andilnya terhadap
pembentukan inflasi maret 2015 berasal dari kelompok bahan makanan yang
mengalami deflasi sebear 0.73 persen, dengan andil sebesar 0.16 persen.
“Dari
seluruh komoditas yang terdapat dalam kelompok bahan makanan, hanya komoditas
beras yang mengalami inflasi pada bulan maret 2015”, kata Suryamin kepada
wartawan dikantor BPS pusat, Jakarta.
Meningkatnya
harga beras tersebut, menurut Suryamin, perlu menjadi perhatian mengingat harga
beras pada tingkat gabah mengalami penurunan yang cukup tinggi dibanding bulan
sebelumnya. Namun saat masuk tahap beras giling sampai ke tingkat pedagang
(pasar) justru terus mengalami peningkatan. “Hal ini perlu menjadi perhatian
bagi pemerintah dan tim pengendali inflasi,” ujarnya.
Sementara
itu, menurut kelompok komponen dan energi, inflasi pada Maret 2015, tertinggi
berasal dari kelompok energi yang mengalami inflasi sebesar 1,77 persen, dimana
harga bensin menjadi faktor utama dalam pembentukan inflasi tersebut. Lalu
kelompok selanjutnya berasal dari inflasi pada harga yang diatur pemerintah (administered
price) sebesar 0,83 persen dan komponen inti 0,29 persen. Sedangkan
harga yang bergejolak (volatile food) mengalami deflasi 0,83
persen.
Walaupun
harga bensin merupakan komoditas utama yang menjadi faktor pendukung inflasi
Maret 2015, namun diperkirakan efeknya baru akan sepenuhnya terasa pada
pembentukan inflasi April 2015. Hal ini, lanjut Suryamin, karena kenaikan harga
BBM tersebut baru terjadi di penghujung bulan Maret sehingga efeknya belum
sepenuhnya berdampak di bulan Maret.
Namun demikian, Kepala BPS itu memperkirakan, peningkatan harga
bensin tersebut diperkirakan akan tertekan oleh kemungkinan terjadinya
penurunan harga beras akibat adanya panen raya yang akan terjadi di Bulan
April.
Dengan adanya kondisi sekarang ini seperti meningkatnya harga
BBM, dan semakin lemahnya nilai tukar Rupiah, Suryamin mengingatkanperlunya
menjadi perhatian utama bagi pemerintah dan Bank Indonesia dalam rangka
mencapai target inflasi sesuai dengan APBNP 2015 sebesar 5 persen
Rangkuman
:
Statistik
(BPS) melaporkan bahwa selama bulan maret 2015 terjadi inflasi sebesar 0.17
persen atau secara year on year mencapai 6.38 persen. Dari seluruh komoditas
yang terdapat dalam kelompok bahan makanan, hanya komoditas beras yang
mengalami inflasi selama maret 2015, meningkatnya harga beras tersebut perlu
menjadi perhatian mengingat harga beras pada tingkat gabah mengalami penurunan
yang cukup tinggi dibanding bulan sebelumnya, namun saat tingkat pedagang
(pasar) justru mengalami peningkatan
Kesimpulan
:
Badan
Pusat Statistik melaporkan bahwa selama bulan maret 2015 terjadi inflasi
sebesar 0,17 persen dimana kenaikan harga beras ini turut mendukung naiknya
inflasi di Indonesia, karena dari seluruh komoditas bahan makanan hanya
komoditas beras yang mengalami inflasi. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi
pemerintah dan pengendali inflasi.
Saran :
Pihak pemerintah harus lebih memperhatikan
bagaimana kondisi bahan pangan khususnya beras yang mendukung naiknya inflasi
di bulan maret karena beras merupakan bahan pokok yang dikonsumsi masyarakat
Indonesia, dimana bila bahan pokok ini harganya naik maka masyarakat pula yang
harus terbebani untuk kesekian kalinya, jadi pemerintah harus lebih
memperhatikan dan mencapai target inflasi sesuai dengan APBNP
_IslamiArastantia_